HarianNusa, KSB – Keberadaan dua bendungan besar di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), yakni Bendungan Bintang Bano dan Bendungan Yusuduk, sangat berdampak untuk suplai pertanian. Meski jaringan saluran primer dari kedua bendungan tersebut belum sepenuhnya rampung, aliran air yang dihasilkan telah mendorong peningkatan luas tanam dan produktivitas pertanian, khususnya di kawasan irigasi premium.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) KSB, Syahril, mengatakan bahwa saat ini kedua bendungan tersebut berperan sebagai sumber suplesi air bagi bendung-bendung kecil di wilayah hilir. Suplai air tersebut mengalir ke kawasan pertanian strategis seperti Kalimantong 1 dan Kalimantong 2, sehingga aktivitas pertanian tetap berjalan optimal.
“Walaupun saluran primer dari dua bendungan ini belum selesai, tidak berarti bendungan tersebut tidak bermanfaat. Saat ini bendungan mampu memberikan suplesi air, terutama untuk kawasan Kalimantong 1 dan Kalimantong 2,” ujar Syahril, Senin, (22/12/25) di Kantor Kominfo KSB.
Lebih lanjut dikatakannya, bahwa dampak suplai air dari Bendungan Bintang Bano dan Yusuduk terlihat jelas pada peningkatan kawasan tanam berair di KSB. Pada tahun 2024, luas areal tanam tercatat mencapai 15.361 hektare. Melalui perbaikan dan rehabilitasi jaringan irigasi yang dibiayai APBD, luas tanam tersebut terus bertambah hingga ditargetkan mencapai 18.793,71 hektare pada tahun 2026, atau meningkat sekitar 3.431,96 hektare.
Kondisi ini menjadikan kawasan irigasi premium di KSB mampu melaksanakan tiga kali musim tanam dalam setahun. Intensitas tanam yang meningkat tersebut berdampak langsung pada lonjakan produksi padi dan ketahanan pangan daerah.
“Di kawasan irigasi premium, petani sudah bisa melaksanakan tiga kali musim tanam. Ini capaian yang sangat baik,” kata Syahril.
Dengan asumsi produktivitas rata-rata 5 ton per hektare, potensi produksi padi KSB pada tahun 2024 mencapai 76.808,8 ton dan diperkirakan meningkat menjadi 93.961,55 ton pada tahun 2025. Produksi ini dinilai lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat KSB, bahkan berpeluang menciptakan surplus.
“Kalau kita hitung dengan jumlah penduduk yang ada, produksi ini sudah melebihi kebutuhan. Ini tentu menjadi rahmat dan berkah bagi daerah kita,” tambahnya.
Selain mendorong peningkatan produksi pertanian, dukungan pemerintah pusat terhadap penguatan jaringan irigasi di KSB juga tergolong besar. Dari 12 daerah irigasi yang diusulkan, Balai Wilayah Sungai menyetujui 15 daerah irigasi dengan total anggaran lebih dari Rp15 miliar. KSB pun tercatat sebagai kabupaten penerima bantuan rehabilitasi jaringan irigasi terbanyak di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
“Dari total 55 daerah irigasi yang masuk program penguatan pangan di NTB, KSB mendapat porsi paling besar. Ini tentu sangat membantu,” jelas Syahril.
Di sisi lain, keberadaan Bendungan Bintang Bano dan Yusuduk juga tetap berfungsi sebagai pengendali banjir bagi wilayah sekitarnya. Ke depan, Pemkab KSB menargetkan Bendungan Tiu Suntuk agar tidak hanya menyuplai air ke dalam kota, tetapi juga mengairi potensi lahan pertanian seluas 2.700 hektare di wilayah Jereweh.
“Ini sedang kami urus ke Balai Besar Wilayah Sungai. Harapannya bendungan ini benar-benar menjadi penggerak pertanian dan ekonomi masyarakat,” pungkas Syahril. (F3)
Ket. Foto:
(Kiri-kanan)Kepala Dinas PUPR KSB Syahril, Kepala Dinas Kominfotik KSB Abdul Muis dan Fungsional Bid IKP Diskominfotik NTB Lalu Muhammad Taufik dalam sebuah acara di Kantor Dinas Kominfotik KSB. (HarianNusa/fit)


















































