HarianNusa, Mataram – Konektivitas udara di Nusa Tenggara Barat (NTB) terus menunjukkan perkembangan signifikan. Dalam momentum HUT ke-67 Provinsi NTB, Wings Air mengumumkan pembukaan dua rute baru dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid (BIZAM), menandai langkah strategis untuk memperkuat jaringan penerbangan di kawasan Bali–Nusra.
Dua rute anyar tersebut yaitu Lombok–Malang yang mulai beroperasi 15 Desember 2025, serta Lombok–Banyuwangi yang menyusul pada 21 Desember 2025. Rute ini akan dilayani pesawat ATR 72 berkapasitas 72 kursi, dengan frekuensi empat kali seminggu setiap Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu.
Pengumuman ini disampaikan oleh Corporate Communication Strategy Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, bersama General Manager Angkasa Pura Indonesia Cabang Lombok, Aidil Philip Julian, dalam konferensi pers di UPT Command Center Dinas Kominfotik NTB, Rabu (10/12/2025).
Danang mengungkapkan, pembukaan dua rute tersebut dilandasi tiga kebutuhan utama: mempermudah mobilitas masyarakat, mempercepat pertumbuhan ekonomi NTB, serta memperkuat peran BIZAM sebagai simpul konektivitas penting di kawasan Bali–Nusra.
“Rute ini akan mempersingkat waktu perjalanan. Lombok–Malang kini cukup 1 jam 10 menit, dan Lombok–Banyuwangi 1 jam 20 menit. Jauh lebih efisien dibandingkan jalur darat,” jelasnya.
Selain mempercepat perpindahan orang, rute baru ini juga membuka akses lanjutan ke lebih dari 10 kota lain, seperti Kupang, Waingapu, Tambolaka, Bima, Sumbawa, Makassar, dan Balikpapan. Tarif penerbangan mulai dari Rp900.000, hasil studi bersama pemerintah daerah, operator bandara, dan pelaku pariwisata.
Danang menegaskan bahwa peningkatan konektivitas ini memberi efek domino pada sektor wisata dan ekonomi.
“Rute, maskapai, dan destinasi adalah hubungan simbiosis mutualisme. Kami mempromosikan destinasi, dan destinasi mempromosikan rute,” tegasnya.
Ia mencontohkan Desa Wisata Bilebante yang dapat memanfaatkan rute baru ini untuk menjangkau wisatawan dari Malang dan Banyuwangi. Menurutnya, keberhasilan rute penerbangan ditentukan seluruh ekosistem maskapai, bandara, hotel, agen perjalanan, desa wisata, hingga UMKM.
General Manager Angkasa Pura Indonesia Cabang Lombok, Aidil Philip Julian, melaporkan peningkatan jumlah penumpang yang cukup signifikan. Hingga November 2025, BIZAM telah melayani 2.478.000 penumpang, melampaui total penumpang tahun 2024 yang mencapai 2.380.000 penumpang. Saat ini, bandara menangani rata-rata 76 pergerakan pesawat setiap hari.
Meski mengalami pertumbuhan, kapasitas BIZAM masih terpakai sebagian kecil.
“Bandara Lombok mampu melayani hingga 7,4 juta penumpang per tahun, sementara realisasi baru sekitar 2,4 juta. Artinya, ruang tumbuh kita masih sangat besar,” ujar Aidil.
Ia juga menyebut pasar Eropa sebagai pendorong terbesar penumpang internasional. Inggris tumbuh 21%, sementara Jerman dan Belanda menunjukkan pertumbuhan stabil. Menurutnya, pasar ini adalah masa depan pariwisata NTB.
Meski penumpang asal China mengalami perlambatan, ia optimistis pemulihan akan terjadi berkat konektivitas via Bali yang terus meningkat dan bertambahnya penumpang transit dari berbagai kota di China. Frekuensi penerbangan VCR ke Bali yang kini mencapai lima kali sehari juga ikut memperkuat konektivitas internasional kawasan Bali–Nusra.
Aidil menekankan bahwa Lombok perlu membangun strategi konektivitas berbasis kekuatan destinasi, bukan sekadar mengandalkan jumlah penerbangan.
“Bali sukses karena branding destinasi yang kuat. Lombok sedang menuju ke arah yang sama, dengan karakter alam dan budaya yang berbeda,” jelasnya.
Ia menuturkan pengalamannya berbincang dengan wisatawan Malaysia. “Mereka datang karena Lombok punya gunung-gunung megah, terutama Rinjani. Di Malaysia tak ada, di banyak negara Eropa pun tidak ada. Ini kekuatan kita,” ujarnya.
Dengan konektivitas yang semakin kuat, Aidil menilai berbagai pelaku industri seperti hotel, rental kendaraan, usaha laundry, kuliner, hingga UMKM akan ikut merasakan dampaknya.
Kesuksesan rute baru akan diukur dari penjualan tiket pada bulan pertama. Target okupansi minimal 70% diperlukan agar mendekati titik cost secorvery.
“Jika semua pihak bergerak bersama mempromosikan rute, rute ini akan berkelanjutan. Okupansi stabil selama satu tahun penuh menandakan rute sehat dan layak,” tegas Aidil.
Ia menutup pernyataan dengan optimisme tinggi. “Lombok punya potensi besar menjadi hub utama kawasan Bali–Nusra. Dengan meningkatnya pergerakan orang, barang, dan pesawat, posisi Lombok sebagai simpul konektivitas akan semakin kuat,” pungkasnya. (F3)
Ket. Foto: Corporate Communication Strategy Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, bersama General Manager Angkasa Pura Indonesia Cabang Lombok, Aidil Philip Julian, dalam konferensi pers di UPT Command Center Dinas Kominfotik NTB. (Ist)


















































