Bandung-Pada 15 April 2025, bertempat di Gedung Pakuan Bandung, APINDO Jawa Barat melakukan audiensi dengan
Gubernur Jawa Barat, Bapak Dedi Mulyadi. Acara ini dihadiri oleh jajaran pengurus APINDO Jabar, Anggota Luar
Biasa APINDO Jabar dan Ketua serta pengurus dari APINDO kabupaten/kota se-Jawa Barat. Berikut tanggapan
APINDO Jabar:
1. APINDO Jabar mengapresiasi langkah strategis Gubernur Jabar dalam menjaga iklim usaha yang kondusif,
khususnya terkait aspek keamanan berusaha. Di awal menjabat, Gubernur langsung menandatangani
komitmen bersama Forkopimda Jabar terkait pemberantasan aksi premanisme, yang kemudian
ditindaklanjuti dengan pembentukan satgas dan deklarasi “Jabar Manunggal” untuk menangani berbagai
hambatan pembangunan, termasuk aksi premanisme yang mengganggu investasi, pungutan liar dalam
proses rekrutmen tenaga kerja, serta berbagai praktik ilegal lainnya yang merugikan dunia usaha.
2. Dalam audiensi tersebut, Ketua APINDO Jabar, Ning Wahyu, menyoroti tantangan yang tengah dihadapi
dunia usaha, salah satunya adalah pemberlakuan tarif impor oleh Amerika Serikat. Kebijakan ini
diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap dinamika industri di Jawa Barat, mengingat AS
merupakan negara tujuan ekspor terbesar bagi berbagai sektor unggulan di Jabar. Perubahan ini
memerlukan adaptasi strategis dari pelaku usaha serta dukungan kebijakan dari pemerintah daerah agar
daya saing industri Jabar tetap terjaga di tengah ketidakpastian global.
3. Ketua APINDO Jabar juga menyoroti pentingnya kepastian hukum bagi dunia usaha, misalnya dalam
kebijakan pengupahan. Ia menyayangkan tidak konsistennya implementasi regulasi di Jabar, seperti yang
terjadi pada penetapan Upah Minimum Sektoral Jawa Barat 2025, di mana SK yang telah diterbitkan
dipaksa untuk direvisi akibat dinamika dan adanya tekanan di lapangan. Ketidakpastian ini berisiko
menimbulkan kekhawatiran dan ketidakpercayaan investor.
4. Ketua APINDO Jabar sangat berharap agar polemik tahunan yang sudah berlangsung selama belasan
tahun terkait pengupahan dapat segera diakhiri. Untuk itu, Ketua APINDO Jabar berharap Pemerintah
hadir untuk menjadi mediator dan penengah, karena bagaimanapun buruh itu merupakan aset. Ketua
APINDO Jabar juga berpandangan bahwa saat ini Dewan Pengupahan tidak dapat berperan sebagaimana
mestinya karena keputusan upah ditetapkan di luar forum resmi, padahal seharusnya ditetapkan melalui
musyawarah dalam Dewan Pengupahan yang di dalamnya ada Pengusaha, Pemerintah, Serikat Pekerja,
dan Akademisi. APINDO Jabar menilai pentingnya mengembalikan marwah dan peran Dewan
Pengupahan sebagai forum yang sah dan konstruktif.
5. Ketua APINDO Jabar juga menyampaikan, adanya konflik hubungan industrial yang terjadi di perusahaan
di Cirebon baru-baru ini, dan yang pernah terjadi di Sukabumi, di mana perusahaan lebih memilih untuk
menonaktifkan perusahaanya sehingga menyebabkan ribuan pekerja kehilangan pekerjaan dan
menimbulkan dampak sosial ekonomi yang luas akibat demo yang berkepanjangan sehingga membuat
customer membatalkan pesanan. APINDO Jabar berharap, di bawah kepemimpinan Gubernur Dedi
Mulyadi dapat tercipta hubungan industrial yang lebih harmonis di Jabar.
6. Pada kegiatan tersebut, Ketua APINDO Jabar juga mengusulkan sejumlah inisiatif sinergi strategis antara
dunia usaha dan pemerintah untuk meningkatkan ekonomi Jabar. Antara lain, mendorong pemakaian
seragam batik khas Jabar di lingkungan pabrik pada hari tertentu sebagai upaya memperkuat UMKM
sekaligus memperkokoh identitas budaya daerah, adanya revitalisasi rantai pasok bahan baku khususnya
untuk industri garmen dan alas kaki di Jabar agar potensi lokal dapat dioptimalkan melalui kolaborasi
dengan brand global. Ketua APINDO Jabar juga mengusulkan sinergi antara sektor industri dan pariwisata
melalui program wisata karyawan ke destinasi lokal, adanya integrasi sistem perpajakan agar kontribusi
industri dibayarkan langsung di Jabar, hingga reformasi sistem rekrutmen tenaga kerja untuk menghapus
praktik percaloan yang merugikan pencari kerja maupun perusahaan.
7. Gubernur Jabar merespons pernyataan Ketua APINDO Jabar terkait hubungan industrial antara
perusahaan dengan pekerja dengan menyampaikan bahwa banyak persoalan justru bermula dari pola
rekrutmen yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Buruh yang kerap melakukan aksi demonstrasi
sebagian besar berasal dari luar daerah, karena proses rekrutmen oleh HRD yang cenderung menarik
tenaga kerja dari kampung halamannya.
Oleh karena itu, Gubernur Jabar menekankan pentingnya perbaikan sistem rekrutmen yang lebih
berpihak pada warga lokal dan meminta kepada APINDO Jabar supaya perusahaan tidak lagi membuka
lowongan kerja tanpa koordinasi. Cukup melapor ke Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan menggunakan
aplikasi yang telah disiapkan oleh Pemprov. Tenaga kerja lokal akan diprioritaskan dan jika tidak tersedia
baru dilakukan pencarian dari luar daerah.
8. Gubernur Jabar juga mengingatkan pentingnya tanggung jawab terhadap lingkungan. Beliau
menegaskan agar pelaku usaha tidak berdosa terhadap alam dengan tidak membuang limbah
sembarangan ke sungai atau lingkungan sekitar. Ia menekankan bahwa kerusakan alam akan
menimbulkan dampak yang berbalik merugikan masyarakat dan dunia usaha itu sendiri. Oleh karena itu,
Gubernur meminta seluruh pelaku industri untuk menjalankan pengelolaan limbah secara bertanggung
jawab dan sesuai regulasi yang berlaku.
9. Dalam dialog tersebut, Gubernur Jabar juga mengajukan permintaan kepada APINDO Jabar mengenai
kontribusi fiskal. Ia menyoroti bahwa banyak industri besar membayar pajak di Jakarta, sementara beban
lingkungan, sosial, dan kemacetan ditanggung oleh Jabar. Oleh karena itu, Gubernur Jabar mendorong
perusahaan untuk memindahkan NPWP dan pusat administrasinya ke Jabar agar manfaat ekonominya
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan
layanan kesehatan yang memadai.
10. Gubernur Jabar juga menyinggung soal kendaraan operasional industri yang mayoritas menggunakan
pelat dari luar Jabar. Ia mengimbau agar kendaraan operasional—mulai dari bus karyawan, kendaraan
HRD, hingga mobil dinas—menggunakan pelat Jabar, sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap daerah
yang selama ini menerima dampak dari aktivitas industri.
11. Menutup pernyataannya, Gubernur Jabar menegaskan bahwa ia berkomunikasi dan mendorong agar
seluruh inisiatif ini dapat berjalan. Namun, jika pengusaha tidak turut bergerak, maka upaya ini akan
berat. Ia mengajak dunia usaha untuk menjadi mitra dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat
Jabar. Pemprov sedang menyusun paket kebijakan strategis yang akan diluncurkan pada 18 April 2025
untuk menjaga keberlangsungan industri di Jabar. Ia optimis, kebijakan tersebut akan meningkatkan
kemajuan dunia usaha di Jabar.
12. APINDO Jabar menyambut baik apa yang disampaikan oleh Gubernur Jabar dan menganggap bahwa
semua permintaan itu seperti perubahan NPWP agar pajak dibayarkan di Jabar, penggunaan pelat nomor
kendaraan lokal, serta prioritas rekrutmen tenaga kerja dari warga lokal adalah permintaan yang valid
dan logis. Dan pada saat itu juga, Ketua APINDO Jabar di depan Gubernur langsung meminta komitmen
para pengusaha yang hadir untuk turut serta mewujudkan harapan dari Gubernur Jabar.
13. Ketua APINDO Jabar menyampaikan dukungan terhadap sistem rekrutmen yang mengutamakan tenaga
kerja lokal. Di tingkat kabupaten/kota, APINDO akan bekerja sama dengan para pengusaha anggota
untuk memetakan kebutuhan tenaga kerja dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan
selanjutnya disampaikan ke APINDO Jabar. Untuk itu, seluruh perusahaan anggota diimbau
menyampaikan kebutuhan dan spesifikasi tenaga kerja kepada APINDO Jabar, yang akan dikoordinasikan
ke Dinas Tenaga Kerja Provinsi. Proses ini bersifat gratis dan didukung penuh oleh Pemprov, termasuk
fasilitasi pelatihan dan pendidikan sesuai kebutuhan industri dengan biaya ditanggung pemerintah.
Di sisi lain, Ketua APINDO Jabar mengakui bahwa pada tahap awal operasional, perusahaan baru sering
kali membutuhkan tenaga kerja berpengalaman untuk posisi kunci, sehingga sebagian didatangkan dari
luar daerah yang sudah ready to use. Hal ini dilakukan agar operasional berjalan lancar, karena jika
seluruh tim masih baru, terutama di area produksi, bisa menjadi kendala. Namun, pengusaha sebenarnya
tidak menginginkan untuk mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah, karena itu juga merupakan cost.
Selain transportasinya, tetapi juga biasanya pengusaha harus menyediakan tempat tinggal untuk awal-
awal operasional. Oleh karena itu, tawaran Pemprov untuk menyiapkan tenaga kerja lokal melalui skema
link and match menjadi solusi yang sangat tepat, agar perusahaan dapat memperoleh tenaga kerja lokal
yang berkualitas dan siap pakai—ready to use worker.
14. Terkait dorongan agar perusahaan memindahkan NPWP-nya ke Jabar, Ketua APINDO Jabar menyatakan
dukungan. Ia memahami bahwa jika pajak dibayarkan di Jabar, maka dampaknya akan langsung dirasakan
oleh masyarakat dan dunia usaha melalui pembangunan infrastruktur dan kemudahan-kemudahan
lainnya. APINDO Jabar siap berkolaborasi dengan Pemprov, dan apabila memang diperlukan untuk duduk
bersama dengan kantor pajak maka akan dilakukan. Namun, Ketua APINDO Jabar juga menyampaikan
bahwa implementasi kebijakan ini tidak sederhana karena seringkali daerah asal tidak ingin melepas
sumber pajak yang selama ini mereka terima.
15. Terkait imbauan penggunaan pelat kendaraan Jabar untuk kendaraan operasional perusahaan, Ketua
APINDO Jabar menyatakan dukungan. Ia akan segera meminta kepada perusahaan-perusahaan anggota
APINDO Jabar agar melakukan penyesuaian secara bertahap, sebagai bentuk kontribusi terhadap
penerimaan daerah dan penghargaan atas peran Jabar sebagai daerah yang memfasilitasi aktivitas
industri.
16. Dalam hal pengelolaan lingkungan, khususnya limbah, Ketua APINDO Jabar menyampaikan bahwa
memang diakui masih ada pengusaha yang membuang limbah secara sembarangan. Namun, banyak juga
perusahaan—terutama yang memproduksi untuk merek internasional—yang sangat ketat dalam
memenuhi standar compliance dari para buyer, termasuk penerapan prinsip reduce, reuse, recycle.
Bahkan, sedikit saja sampah yang berceceran apalagi terdapat logo brand maka bisa memicu komplain
serius. Jadi, tidak semua pabrik nakal, meskipun ada yang perlu dibina. Dalam pertemuan dengan
Gubernur, Ketua APINDO telah menegaskan pentingnya pengusaha untuk terus memperbaiki diri, apalagi
pemerintah provinsi kini telah menyediakan fasilitas pengelolaan IPAL terpadu.**