Dream Festival 2025, Farhan Gelorakan Kota Inklusif, Kolaboratif, dan Ramah Disabilitas

3 days ago 28

Kota Bandung, Satunews.id – Pemerintah Kota Bandung bersama Save the Children Indonesia akan menyelenggarakan Dream Festival 2025 pada Minggu, 29 Juni 2025, di Taman Dewi Sartika, Balai Kota Bandung.

Acara ini digelar dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional sekaligus bagian dari rangkaian menuju Hari Anak Nasional 2025, dengan fokus utama pada isu inklusi, khususnya bagi anak-anak penyandang disabilitas.

Dalam sesi wawancara yang penuh semangat dan tawa hangat, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan dan CEO Save the Children Indonesia, Dessy Kurwiany menjelaskan latar belakang penyelenggaraan acara, filosofi kolaborasi Pemkot Bandung, dan pentingnya memperjuangkan hak-hak anak disabilitas di ruang publik.

ADVERTISEMENT

banner 300x250

SCROLL TO RESUME CONTENT

CEO Save the Children Indonesia, Dessy Kurwiany, mengawali dengan menjelaskan kiprah lembaganya.

Save the Children adalah organisasi berbasis hak anak yang telah hadir lebih dari 100 tahun di dunia, dan sejak tahun 1970-an di Indonesia.

Fokus utama Save the Children adalah memastikan setiap anak dapat tumbuh sehat, belajar, dan hidup aman di lingkungan yang mendukung.

“Tidak ada satu anak pun yang boleh tertinggal. Termasuk anak-anak penyandang disabilitas. Kami percaya mereka berhak memiliki masa depan yang setara,” ujar Dessy, di Jalan Cipaganti Pasteur, Jumat, 27 Juni 2025.

Di Jawa Barat, Save the Children aktif sejak tahun 2010 melalui program Family-Based Care yang fokus pada perlindungan anak korban kekerasan.

Kini, program tersebut telah berkembang dan menjangkau anak-anak disabilitas, dengan capaian pelatihan kepada 123 guru dari 15 sekolah di Jawa Barat, serta kemitraan dengan 61 perusahaan yang membuka peluang kerja bagi penyandang disabilitas.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyampaikan, keterlibatan Pemkot Bandung dalam Dream Festival merupakan bentuk komitmen nyata terhadap dua prinsip utama, No One Left Behind dan Kota Terbuka.

“Kita punya empat kelompok rentan yang harus kita dahulukan: lansia, perempuan, anak-anak, dan disabilitas. Khusus anak-anak disabilitas, mereka punya dua kerentanan sekaligus,” jelasnya.

Menurutnya, inklusivitas bukan sekadar jargon. Kota Bandung harus menjadi tempat terbuka bagi siapa pun, selama mereka sadar dan berkontribusi positif.

“Kalau kamu sadar, kamu akan jadi orang baik di Kota Bandung. Kalau tidak sadar, kamu akan tersingkir oleh seleksi alam yang kita rekayasa lewat kebijakan,” tegasnya.

Sebagai contoh konkrit, Pemkot Bandung tengah menguji coba pembangunan trotoar ramah disabilitas di Taman Lalu Lintas, mengganti paving block dengan aspal agar lebih aman dan nyaman bagi pengguna kursi roda dan anak-anak.

Dream Festival 2025 akan menjadi ruang aman, interaktif, dan menyenangkan, terutama bagi anak-anak penyandang disabilitas dan keluarga mereka.

Kegiatan-kegiatan yang akan digelar antara lain, Sesi dialog keluarga penyandang disabilitas, berbagi cerita pengasuhan dan perlindungan anak, Sesi monolog inspiratif bersama tokoh publik yang mendukung inklusi.

Kemudian ada Reflection Corner, 8 stand layanan edukasi dan karya bermain anak dan Panggung Seni, Penampilan seni dan musik dari anak-anak dan orang muda disabilitas.

Sorotan utama adalah penyediaan akta kelahiran dalam huruf Braille, sebuah terobosan yang diakui sebagai satu-satunya di Indonesia saat ini.

Selain itu, Pemkot Bandung juga memastikan bahwa penyandang disabilitas dewasa, termasuk yang terlantar dan mengalami gangguan mental, mendapatkan KTP dan tercatat dalam KK, sebagai bagian dari hak dasar warga negara.

Farhan menegaskan bahwa Kota Bandung dibangun di atas budaya kolaborasi.

“Bandung itu ekosistem komunitas yang paling subur. Hidup di Bandung itu udunan, tidak bisa sendirian. Di sini tidak ada ruang untuk superhero, tapi ada untuk superteam,” ujarnya.

Menurut Farhan, kolaborasi dengan Save the Children dan berbagai komunitas lainnya menunjukkan bentuk keberpihakan yang saling menguatkan.

Kota Bandung tidak hanya terbuka bagi warga lokal, tetapi juga menjadi tempat tumbuhnya ide dan gerakan kreatif dari kota lain dan bahkan mancanegara.

Menutup wawancara, Farhan mengajak seluruh masyarakat, khususnya generasi muda, untuk hadir dan terlibat langsung dalam Dream Festival 2025.

“Inklusi bukan slogan, tapi aksi kolektif. Dimulai dengan cara kita hadir, mendengar, dan memperlakukan satu sama lain dengan adil.”

(dr.j)
Kepala Diskominfo Kota Bandung

Yayan A. Brilyana

Read Entire Article
Satu Berita| Harian Nusa | | |