Olah : Idat Mustari
Assalamu’alaikum
Satunews.id
Opini — Ada kisah menarik dari Konfusius. Suatu ketika ada pedagang yang berdebat dengan murid Konfisius. Kata si pedagang, “3×7 itu 27”. Kata murid Konfusius,”Bodoh kamu.3×7 itu 21.”
Keduanya ngotot dan berdebat kusir.Akhirnya mereka sepakat untuk bertanya kepada Konfusius. Si pedagang bilang,” Jika kata guru Konfisius, jawabanmu benar, maka penggal kepalaku. Kalau aku benar, kamu dihukum cambuk 10 kali.”
Akhirnya, begitu ketemu Konfusius, si murid bertanya,”Guru, berapa 3×7?” Konfusius menjawab,”27.” Si Pedagang sangatlah girang dan murid Konfusius pun dicambuk 10 kali sebagai hukuman.
Setelah si pedagang pergi, si murid protes,”Kenapa guru menjawab 27, padahal anak kecil pun tahu bahwa 3×7 adalah 21?”. Konfusius menjawab,”Ya, aku tahu kalau jawabanku adalah salah, tetapi nyawa dia selamat. Kalau aku jawab bahwa yang benar adalah 21, maka dia tewas.”
Tentu banyak makna dari cerita itu. Sang guru telah berbohong namun itulah kebohongan yang menyelamatkan seseorang dari kematian. Kadang tak masalah berbohong selama kebohongan itu menjadi pereda konflik, atau mendamaikan dua orang yang saling bermusuhan.
Dari sudut lain, bahwa kita tidak hanya melihat mana benar dan mana salah secara akal, tetapi kita kadang harus melihat situasinya. Kadang kita harus menahan pendapat kita meskipun menurut kita benar daripada menyampaikannya justru memancing perselisihan dan pertengkaran.
Yah, kadang satu saat, kita harus bertingkah nampak seperti bodoh daripada menunjukan kepandaian tapi bikin orang terendahkan. Biarkan saja orang anggap kita tidak tahu, meskipun kita tahu. Diam untuk menghargai, memuliakan orang lain adalah kebaikan.
Wallahu’alam
_Met aktivitas, Met jum’atan, semoga sehat selalu,bahagia selalu, panjang umur dan berkah.jangan_ _lupa isi kencleng._
Salam takjim