Oleh : Idat Mustari
Kolom opini,|| Hidup ini misteri. Tak ada yang tahu hari esok. Tak ada yang tahu bagaimana akhir kehidupan seseorang. Ada yang diujung akhir kehidupannya baik, ada juga yang buruk. Ada orang yang masa lalunya dihabiskan di tempat maksiat, jarang beribadah, pemabuk, pemakai narkoba hingga dilabeli si ahli haramjadah.
Namun diujung kehidupannya berubah, menjadi ahli ibadah (ahli sajadah) dan diakhir kematiannya sedang melakukan kebaikan bisa sedang shalat, sedang baca Al-Quran, sedang membantu di musibah bencana, pokoknya sedang berbuat baik. Inilah yang disebut _Ti haramjadah ka sajadah_ . Atau dalam bahasa agama disebut _husnul khatimah._
Banyak orang yang dulunya haramjadah kemudian jadi ahli sajadah, sebut saja seperti Malik bin Dinar, seorang sufi yang zuhud dan ahli ibadah, padahal dulunya seorang pemuda yang hidup dalam kemewahan dan kemaksiatan, terlibat dalam pergaulan bebas, minum khamr, dan perbuatan dosa lainnya.
Ada juga orang yang ketika masa mudanya baik-baik, banyak melakukan amal saleh, rajin ke masjid, suka baca Al Quran tetapi diujung hidupnya, setelah kekuasaan teraihnya, setelah kekayaan mengalir kepadanya, dia pun mulai jarang hingga tidak ke masjid lagi, shalat pun nyaris ditinggalkan apalagi baca Al Quran. Waktunya habis di pakai ke tempat dugem, karaoke. Inilah yang disebut _Ti sajadah ka haramjadah_ . Atau dalam bahasa agama disebut _Su’ul Khatimah_
Ada orang yang ti sajadah ka haramjadah dalam Al-Quran. Bahkan Rasulullah saw diperintahkan Allah untuk membacakan kepada seluruh umatnya tentang kisahnya orang itu. Yakni orang yang saleh, ahli ibadah,baik akhlaknya, bisa di akhir kehidupannya jadi orang tersesat. Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya.
” Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), lalu jadilah dia termasuk orang yang sesat.” (QS. Al- Araf :175)
“Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (QS. Al- Araf : 176)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat diatas bercerita tentang seorang ulama besar di zaman Nabi Musa As. Seorang ulama yang doanya mustajab, banyak orang mendatanginya di saat-saat kesulitan. Dia seorang yang sangat saleh, tetapi kemudian dia tertarik dengan jabatan, harta dan bergabung dengan Fir’aun.
Dia bergabung dengan Fir’aun dan dia diminta berdoa untuk kecelakaan kaum Nabi Musa as. Dia berkata,”janganlah takut kepada Bani Israil, karena sesungguhnya apabila kalian berangkat berperang dengan mereka kemudian aku berdoa untuk kehancurang mereka, niscaya mereka akan binasa.”
Dengan penuh keyakinan dia berdiri di tanah lapang disaksikan oleh orang-orang lalim yang membenci Nabi Musa as. Namun saat hendak berdoa untuk kehancuran Nabi Musa As dan kaumnya, Allah palingkan lidahnya, justru berdoa untuk keburukan orang-orang lalim para pengikut Fir’aun. Bahkan lidahnya menjulur hingga sampai ke dadanya. Ia mati dalam kesesatan. Orang itu bernama Bal’am bin Baurah. Seseorang yang ahli sajadah jadi haramjadah (Su’ul Khatimah).
Tentu kita berharap mengakhiri perjalanan hidup ini di sajadah bukan di haramjadah, karena itu Al Quran mengajari kita dengan doa,” _Rabbana La Tuzigh Qulubana Bada Idh_ _Hadaytana Wa Hab Lana Min Ladunka Rahmatan Innaka_ _Anta Al-Wahhab.”_ Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. ( QS. Al Imran: 8 ).
**Penulis Seorang Al Faqir