Oleh : . Idat Mustari*
Satunews.id,|| Indonesia adalah negeri yang kaya dengan ragam budaya. Di negeri ini, ada sekitar 17.500 pulau, 400 lebih bahasa lokal, dan 600 lebih etnis dari Sabang sampai Merauke. Negeri ini pun juga kaya dengan sumber daya alam daya alam yang sangat melimpah, dari mulai hutan, ring of fire, minyak, gas, panas bumi, pertambangan bahan galian, batu bara, nikel, bijih besi, emas, platinum dan dan konon uranium juga ada.
Kita lahir, hidup di negeri yang kaya budaya, kaya Sumber Daya Alam, namun alangkah malangnya, sebab itu semua hanya tertulis di buku-buku pelajaran sekolah. Semua itu sepertinya hanya dongeng, sebab ternyata negeri ini punya hutang yang selangit. Rakyatnya banyak yang tidak kaya alias miskin. Kalau pun ada yang kaya hanya segelintir orang. Sebagian dari kaum perempuan negeri ini rela berpisah dari anak dan suaminya untuk mejadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) alias Babu demi mengais rezeki. Kadang ada kisah pilu dari mereka saat pulang bukan membawa uang tetapi penderitaan dan siksaan yang dilakukan oleh majikan mereka.
Negeri ini kaya dengan sumber daya alamnya tapi tidak ngepek pada kesejahteraan rakyatnya, ini boleh jadi falsafah Pancasila yang sarat dengan nilai-nilai spiritual, yang menjadi pedoman bagi setiap anak bangsa untuk hidup dengan ideologi yang tidak sama dengan ideologi-ideologi bangsa lain, telah berubah jadi Pancasalah seperti yang ditulis oleh Laksamana Sukardi, mantan menteri BUMN, yang dianut sekarang bukan Pancasila melainkan Pancasalah : Satu: salah kaprah. Dua: salah lihat. Tiga: salah asuh. Empat: salah tafsir.Lima: salah tata kelola. Akibatnya negeri ini sulit maju.
Selama pancasila sekedar jadi hapalan, tapi tak dihayati dan diamalkan maka bangsa yang besar ini akan selalu kecil. Yang kecil itu adalah jiwanya. Celakanya adalah jika jiwa yang kerdil itu dimiliki oleh mereka yang memiliki kedudukan di negeri yang kaya ini. Sebab mereka akan melakukan apa saja atas ketakutan hidup kekurangan di hari esok. Ia akan mengeruk keuntungan dari negeri yang kaya ini untuk kepentingan sendiri dan keluarganya. Ia takut dirinya dan keluargan kelaparan di hari esok, meskipun sudah berlimpah ruah hartanya.
Jiwa yang kerdil tak akan pernah memiliki kemampuan mensejahterakan orang lain. Hanya orang-orang yang berjiwa besarlah yang punya kemampuan mensejahterakan orang lain. Semoga saja satu saat Negeri ini benar-benar menjadi negeri sejahtera. Tentu pasti bisa, ketika pemimpin negeri ini dari Pusat hingga Daerah memiliki jiwa yang besar. Namun entahlah kapan ?
*_Pemerhati Sosial, Agama, Advokat, dan Mantan Pengurus KNPI Jawa Barat._