Oleh : Idat Mustari
SATUNEWS.ID, || Ketika syetan dikutuk, diusir dari Surga oleh Allah, gara-gara enggan sujud pada Adam, maka syetan pun membulatkan tekadnya dan berjanji akan membuat banyak manusia tidak bisa bersyukur kepada Allah, seperti terdapat dalam Al-Quran : “Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (Al-A’râf :16-17)
Iblis masuk ke dalam pikiran, hati, nafsu hingga kemudian banyak manusia tidak mampu bersyukur. Seorang istri tidak bisa bersyukur kepada pasangannya, begitupun sebaliknya seorang suami tidak bisa bersyukur pada pasangannya. Seorang anak tak bisa beryukur kepada orangtuanya. Seorang karyawan tak bisa bersyukur dengan pekerjaannya. Seorang atasan tak bersyukur dengan jabatannya. Seorang penguasa tak bisa bersukur dengan kekuasaanya. Banyak orang hilang kemampuan bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah.
Padahal Allah menjanjikan kepada manusia yang bisa bersyukur akan diberi tambahan rezeki lebih baik. “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS.Ibrahim :7)
Iblis membuat banyak orang merasa kurang dan kurang. Dibuat rasa tidak puas menjalar di jiwa-jiwa setiap orang. Hingga kemudian rasa itu membuat jiwa tak tenang, tak tentram. Ketika rasa tidak puas muncul di jiwa seseorang maka iblis pun tersenyum girang. Iblis berhasil membuat seseorang hilang rasa bersyukurnya. Maka iri,dengki pun akan berseliweran dalam jiwa orang tak bersyukur. Ketika iri dan dengki sudah tumbuh dalam hati setiap orang, maka kemudian akan saling menendang, menginjak, satu sama lainnya.
Iblis tahu betul ketika manusia bisa bersyukur maka manusia akan menjadi kaya, yang tak merasa kekurangan, hidup dalam kebahagiaan. Tentu ini tidak diinginkan oleh Iblis. Sampai akhir jaman, Iblis tidak akan berhenti menggoda manusia dengan cara menumbuhkan perasaan selalu dalam kekurangan, hingga ia pun jadi makhluk pelit. Pelit berbuat kebaikan. Allah berfirman,“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) ; sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui” (Al-Baqarah/2: 268)
Diantara ciri orang yang bersyukur adalah tidak kikir dan selalu menebarkan cinta kasih pada sesama. Mengapa? Karena Ia ingin “membalas” cinta Tuhan melalui ciptaan-Nya.
Bila kita mencintai ciptaan-Nya, terutama manusia, maka Ia, akan menerima amalan cinta kita. KH Syaiful Karim mengatakan, “Bila kita ingin mengetahui Allah tersenyum, buatlah sesama kita tersenyum karena kebaikan kita”.
*_Penulis buku Bekerja Karena Allah, Penceramah dan komisaris di BUMD Kab Bandung_